Selasa, 31 Desember 2013

Trinari

Kedekatan yang satu ini telah terjadi ditahun kedua dari hampir 3 tahun setelah saya mengenalnya, wanita satu ini adalah wanita super yang baru saya temukan, alhasil dia menjadi nominasi terbaik disepanjang liku-liku perjalanan hidup saya ini.

Trinari... Wanita kelahiran dari tanah yang beradat sunda. 
Banyak orang-orang yang sudah mengenal Trinari terutama dikampus tempat Trinari mencari ilmu, mereka menilai gaya hidup Trinari yang melekat akan kepintaran, tidak murahan, sangat baik dan juga ramah. Namun sebagian orang pun ada yang menilai Trinari dengan gaya hidup Trinari yang so jual mahal, egois, sombong, dan juga sok pintar. Ya seperti itulah hidup, menilai sesuatu selalu dari sudut pandang yang berbeda-beda, pro dan kontra, baik dan buruk bagaikan kekasih sejati yang sulit dipisahkan dan itu selalu ada, "Ada".

Trinari yang selalu membuat saya bingung dan kejang-kejang tak terkendali karena Trinari tidak cantik dan tidak manis, tidak ada satu pun yang menarik dari fisiknya menurut padangan mata ini hanya saja keanggunan didalam hatinya yang membuat fisiknya menjadi enak dipandang dan sulit untuk hengkang ketika sudah melihatnya, apalagi melihat senyumnya itu seperti menyadarkan saya akan sebagian keindahan dari surga. Matanya yang terlihat agak besar dengan bulu matanya yang lentik dihiasi alisnya yang tidak terlihat tebal atau pun tidak terlihat tipis sangat serasi dengan keduanya ditambah dengan bibir tipisnya yang sangat aneh namun unik dilengkapi dengan tipe dagunya yang sangat lancip seperti pesawat roketnya ala Neil Amstrong dan orang sunda bilang tentang tipe dagu itu adalah tipe dagu "cameuh". Kemudian hidungnya yang agak terpelosok kedalam layaknya sebuah bencana longsor pada fenomena alam, pipinya pun yang cukup lebar selalu membuatnya terlihat konyol. Wajahnya terlihat seperti tokoh kartun-kartun Makibau ketika dia sedang diam dan melamun, hal lainnya dibidang kelembutannya yang sangat tidak serasi dengan gaya ketawanya seperti preman dipasar yang sangat lantang melebihi lantangya suara ketua paskibra atau pun suara-suara yang bising didunia ini.
Keterkenalan ciri khas keramahan orang sunda pun sudah melekat kepada kehidupannya dan membuat wanita yang satu ini banyak dilirik dan didekati oleh berbagai macam tipe-tipe manusia. 
"Ya! dia memang sangat lembut." suara hati kecil ini yang mengatakan kalimat itu, dengan nada menekan seperti mengajak berseteru dan bertarung derajat tanpa ada rasa takut untuk salah.

Hanya saja saya yang selalu merindukan dia...
Tertawalah Trinari.

Trinari tertawa,
Trinari sangat senang,
Trinari... Lupa diri.

Tawanya yang lepas terkadang membuat Trinari lupa diri akan lingkungan sekitar, entah applikasi tawa apa yang di install pada dirinya sehingga saya pun ingin selalu membuat Trinari tertawa. Kalaupun Trinari bau mulut, saya tidak akan mundur satu langkah pun dari hadapan Trinari. Satu langkah pun! Sa-tu lang-kah pun. Ya, saya yang selalu mencoba untuk terlihat humoris didepannya dan itu malah selalu menjadi kebalikan dari apa yang saya harapkan. Ketika saya sudah menyiapkan sebuah humor dari jauh-jauh hari sebelum bertemu Trinari, itu pun hanya bisa membuat Trinari bertanya.
"Kamu lagi banyak pikiran? Kamu Kenapa? Kamu?"...... Hening.
Ya itu terasa tercekik.

Entah seperti apa saya harus menejermahkan suara tawanya Trinari.
"Hahaha" saja atau dimodif menjadi,
"H4iah4hayzztt!!#&^$$!!##!!!"
........

Yang jelas yang terdengar hanya suara "Ha" dengan berulang-ulang, sangat keras dan lantang. Kalau saja ada seorang Dokter dibidang ahli Tawa mungkin sang Dokter akan terkenal dengan penemuan langkanya Trinari karena suara tawaan dari Trinari bisa memberi efek keras kepada seseorang yang memiliki penyakit jantungan. Efek keras itu pun secara tidak langsung menimpa kepada saya tapi bukan pada jantung saya tepatnya diseluruh pikiran dan hati saya, terinfeksi olehnya sangatlah mengerikan, tapi kalau saja saya tidak bertemu dengan Trinari itu akan menjadi lebih mengerikan. Tawa Trinari yang menyentuh membuat saya selalu merindukan segala hal tentang dia hingga tertidur dan menutup malam dengan kebingungan. Hingga terpejam,
"Apakah dia pantas? Apakah dia?".

"Hai", suara lembut menyapa dengan khas senyuman anehnya, ternyata itu Trinari yang melambaikan tangannya sambil menolehkan wajahnya ke arah saya.

"..............."

Dan...

"Itu hanyalah mimpi, ini mimpi yang ke tiga kalinya dan tetap sama".
Sambil duduk setelah terbangun dari mimpi yang membingungkan, tetapi walau sebentar untung saja Trinari masih mau tersenyum dimimpi itu...

"Ini sebuah tanda apa? Memahaminya? Mimpi tentang Trinari?"

Saya pun mulai banyak menghabiskan waktu dengan mencari jawaban dari pertanyaan itu, entah kenapa kalimat pertanyaan itu selalu hadir disetiap detik-detik kehidupan saya. Mungkin saya yang sudah dibuat gila oleh Trinari, tapi tak apa karena kalau tidak gila itu berarti bukan cinta.
Diposisi seperti ini saya hanya bisa mencoba mencari cara untuk mendekati Trinari lebih dekat walau terkadang apa yang kita harapkan itu suka tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, itu memang terjadi diproses pendekatan saya pada Trinari. Saya yang lebih minder untuk memulai berhubungan dengan Trinari secara personal, untuk berbicara dihadapan Trinari pun saya sering gugup dan selalu tidak sesuai dengan skenario yang sudah saya siapkan, apa karena Trinari yang memang lebih pintar dibandingkan dengan saya? Apa itu karena pandangan berlebihan saya saja? Entahlah yang saya tau disaat itu saya hanya ingin bersama Trinari, selalu mendengarkan tawanya, selalu ada untuknya, dan selalu menjadi orang baik dimata Trinari.
Kadang rasa lelah pasti selalu ada ketika kita sedang berusaha untuk mengejar dan menggapai sebuah mimpi, seperti mimpi saya untuk bersama Trinari....

"Trinari, apakah kau seperti ini? Selalu membuat seseorang yang menyukaimu sampai begini?"

Rasa lelah ketika harus terus bermimpi yang tidak jelas dengan apa artinya itu. Ya, realita ini memang kejam mengapa saya harus jatuh cinta kepada orang yang sangatlah berbeda dan jauh lebih baik dari saya.

"Lihatlah dirimu, sangat jauh. Mana mungkin kau bisa? Dia tidak pantas untukmu!", diri saya yang lain menjawabnya. Semakin tak karuan.

Selalu banyak tanda-tanda yang sulit saya artikan sebelum saya memulai mendekati Trinari, memahaminya pun tidak bisa sepenuhnya saya pahami. Selama dikampus hampir setiap hari saya bertemu dengan Trinari karena Trinari adalah teman sekelas saya dikampus. Sudah dari semester awal saya sekelas dengannya tetapi disemester awal saya tidak pernah ingin menoleh wajah saya ke arah Trinari kalau berurusan masalah hati, hanya sebutuhnya saja. Entah kenapa pada waktu itu saya melihat Trinari biasa-biasa saja walau saya memang mengakui sedikit akan kepintarannya, hanya sebatas itu dan tidak lebih. Saya hanya berkomunikasi dengan Trinari selayaknya saya berbincang dengan teman biasa malah selebihnya saya sering mengejek Trinari seperti.

"Trinari ini hujan datang, ayo lakukan tarian hujan"
Atau "Trinari, ponimu layaknya dora sudah besar"

"Hahahah...."
Trinari tertawa, dia seperti merasa sedang terlahir kembali ketika saya sedang mengejek dia.

"Dasar hitam!"
Suara Trinari yang khas cemprengnya layaknya teriakan nada alto sales remote TV yang sedang berjualan, itu kebiasaan Trinari yang tidak pernah lengah untuk melakukan serangan balik.
Momen-momen tersebut hanya beberapa kali terjadi dan disetiap momen saya bersama Trinari saya lebih mudah menangkap momen itu dengan baik. Yang paling saya ingat disemester awal tentang Trinari ketika saya berbincang sedikit dengannya akan pasangan hidup.
Perbincangan itu hanya terjadi sesaat ketika saya menanyakan sesuatu padanya yaitu tentang kepribadian wanita yang sedang saya sukai bukan tentang Trinari melainkan teman dekatnya Trinari yang bernama Indri.

"Trinari Trinari!"
"Saya mau nanya sesuatu tentang Indri? Boleh?", dengan suara yang merdu saya bertanya kepada Trinari.

"Hah? Indri? Ko nanyain tentang dia? Naksir ya!" jawaban cepat Trinari dengan wajah sinis.

"Iya Indri, cuman nanya aja ko. Gak naksir, cuman senang aja kalau udah melihat dia. Ya sebatas suka sih sepertinya", 
"Menurutmu saya cocok gak yah dengan Indri? Kalau cocok bantu saya dong Trinari, kamu kan teman dekatnya dia hehe", mencoba menjadi lugu menjawab pertanyaan Trinari.

"Oh gitu, jangan terburu-buru. Kenali dulu dia, kalau menurutku dia baik kan belum tentu dimata kamu juga baik", jawab singkat peduli Trinari.

Tidak sampai disitu jawaban Trinari, diakhir topik perbincangan saya bersama Trinari pun  Trinari berpesan kepada saya layaknya diakhir nafas seorang nenek menitipkan amanah kepada cucunya dan kalimat itu sangat mujarab karena kalimat itu kekal dipikiran saya, hingga saat ini.

"Ketika kamu menyukai seseorang, jangan pernah kamu menargetkan sesuatu untuk berstatus apa nantinya dengan orang tersebut, tapi biarkanlah hubungan itu mengalir apa adanya dan jalani saja sebaik mungkin nanti pun pasti ada saatnya kamu akan menjadi apa bersama dia", suara lembut dari mulut Trinari sambil tersenyum.

Dan memasuki semester akhir ini sangatlah berbeda. Aneh, tentang Trinari, ia seperti penyelamat kehidupan saya ketika saya yang sudah mulai jenuh akan rutinitas kuliah disemester akhir, wajar saja pada saat itu saya yang selalu tidak sabar ingin pergi kuliah dan bertemu Trinari.

Pernah dengar kalimat "Dibalik kesuksesan Pria pasti ada wanita hebat dibelakangnya", lalu bagaimana dengan wanita yang sukses? Siapa orang yang ada dibelakangnya? Prianya? atau cabe-cabeannya? Atau dia dulunya adalah seorang pria yang transgender menjadi wanita? Yaudahlah apapun itu bagi mereka yang sukses merintis dari nol dia adalah orang yang hebat bagi saya dan selagi caranya dijalan yang halal. Ada 2 hal yang menurut saya bagaimana membuat hidup kita menjadi lebih baik yaitu "Motivasi dan Insprasi", memulailah melangkah untuk maju dimulai dari memotivasi diri kita sendiri untuk menjadi berkembang dan lebih baik lalu jadikan orang-orang inspiratif yang berharga dikehidupan kita sebagai inspirasi-inspirasi untuk tetap bertahan hidup, bertahan hidup disaat kita sudah merasa jenuh dengan keseharian kehidupan kita dan berani melawan rasa takut untuk memulai hari dan menemukan hal baru.

"Don't follow your dreams, but chase them".

Hari itu ada seorang dosen bahasa Inggris yang mengajarkan akan makna dari quote tersebut, quote tersebut dikatakan oleh Albert Einstein seorang ilmuwan ternama beliau jagonya dibidang fisika teoretis yang dipandang luas dalam abad ke-20. Ya, siapa sih yang gak kenal doi? Pokoknya doi memang inspiratif bagi saya.
Dan gak sengaja dihari itu saya pun langsung menolehkan wajah saya ke arah Trinari yang ada jauh duduk dikursi paling depan didalam ruangan kelas tersebut. Kalimat itu menyadarkan akan Trinari..
Itu sangatlah benar kalau saja saya hanya mengikuti mimpi-mimpi tentang Trinari, pasti saya akan terus terhanyut olehnya sehingga saya pun berhenti dan tersesat, bukan dinama Trinari tapi dinama kematian konyol atas mimpi yang hanya terus saya impikan saja.

"Jika kau mencari pasangan hidup, kejarlah dia. Dia yang kau inginkan, jangan sampai kau salah pilih karena jika kau salah pilih kau akan menyesal setelah hidup bersamanya",
Kemudian seorang dosen Pajak yang selalu membahas akan kehidupan dimasa depan tepatnya tentang percintaan.
"Apa ini mimpi? Seorang dosen Pajak yang membicarakan hal ini?"
"Apa ini sebuah curhatan akan kehidupan rumah tangganya?"
Saya pun berpikir ke berbagai macam arah. Mencoba tenang dan memahami hal ini.
Dihari itu saya melihat Trinari kembali yang serius memperhatikan sang dosen, itu sangatlah lucu. Ya, seperti Makibau dan Trinari terlihat seperti yang sudah tidak sabar untuk menikah.

"Fiuhhh, it's so hard for me, to understand it".
Saya selalu merasa sensitif ketika ada seseorang yang membicarakan tentang pasangan hidup karena itu selalu berakhir di nama Trinari.

Gak berhenti disitu untuk mengenal lebih jauh tentang Trinari, rasa penasaran itu seakan gak ada habisnya entah dia memakai pelet apa untuk memikat saya, yang jelas saya selalu berusaha mencari ribuan cara untuk mendekatinya dan setelah dipikirkan berulang-ulang kali saya hanya menemukan 2 cara. Cara pertama yaitu meminta bantuan Trinari untuk mengerjakan tugas dan cara kedua yaitu memanasi Trinari dengan film-film terbaru, unduh kemudian pamerin ke Trinari. Sedih, tapi apa daya memang cara itu yang terjitu. Trinari selalu memberikan respon yang baik kala saya membutuhkan dia untuk membantu tugas saya, sebenarnya itu hanya modus belaka saja, kalau bukan karena Trinari saya pun masih bisa meminta bantuan ke teman-teman saya yang lain. Memang pada dasarnya itu hanya akal-akalan saya saja ketika saya mencoba menghubungi Trinari untuk membantu mengerjakan tugas dengan keadaan pura-pura ayan atau kepura-puraan lainnya terkecuali hati saya kepada dia, tanpa pura-pura. 

Dipertengahan semester akhir ini saya sering sekali berkunjung ke tempat singgah Trinari di kost-kostan yang terletak disekitaran Dago, kalau tidak sore atau malam saya menghampirinya. Dan malam itu saya datang ketempat kostan Trinari, dia bilang mau pindahan kamar dari kamarnya yang dibawah menuju kamar yang diatas dengan alasan sih dibawah sangat berisik kata Trinari, entah apa yang sering dilakukan oleh Trinari dikamar kostan-nya sehingga dia sering sekali bercerita sambil mengeluh kesal karena terganggu oleh kebisingan itu. Entah yoga? Mediasi gaib? Atau tapak suci? Yang jelas saya selalu merasa khawatir dan itu membuat jiwa laki saya terbangun ketika ada orang yang membuat Trinari terusik, karena melihat wajah prihatinnya Trinari itu lebih menyedihkan ketika saya bercermin melihat diri saya sendiri, absurd.

"Sabar Trinari", berbicara dalam hati dan sambil berkhayal mengelus rambutnya. 

Tanpa meminta saya pun datang dengan inisiatif untuk membantu pindahan kamar Trinari, dengan modal nekat dan apapun yang terjadi nantinya ketika saya menemui Trinari diusir atau dibakar hidup-hidup, tekat saya sudah kuat dan siap. Karena bertemu dengan Trinari itu salah satu penyemangat natural saya. Sesampai saya di kostan Trinari, tanpa rasa tak tahu diri saya pun menghampirinya dan memulai malam yang modal nekat itu dengan membantu Trinari walau Trinari tidak meminta tapi ini bukan tentang meminta atau diminta, ini tentang keyakinan yang tinggi kalau saya bisa membantu Trinari, membantu Trinari untuk mengangkut-angkut barang pindahannya. Ya, saya selalu percaya diri untuk melakukan itu, karena nantinya Trinari pasti akan terkesima melihat ketangguhan saya yang sedang mengangkut barang-barang Trinari dengan gagah dan seksi sebagai gambaran diri saya kemudian diberi efek cipratan air keringat dan ditambah hembusan angin yang membuat rambut saya terbelah dua. Eksotis. 
Pokoknya dimalam itu sisi jiwa seorang lelaki tangguh yang dimiliki semua pria didunia itu tecerminkan pada saya, ya ketangguhan saya sangat bersinar, keadaan ini seperti sebuah sepasang suami istri yang sedang pindahan rumah. Ibu Trinari yang sedang sibuk mengatur dekorasi kamar dan  saya sebagai Bapak yang sibuk mengangkut barang, walau kaya kuli dikit gak apa-apa yang penting tangguh.

Trinari semakin malam semakin bawel, diawal dia selalu melarang saya untuk mengangkut-angkut barang-barang Trinari dan sekarang Trinari mulai bawel kembali karena saya ingin membantu Trinari untuk memasang dan mencabut paku, karena itu memang tugas seorang lelaki. Lelaki mana yang tega melihat wanita idamannya terluka kepentok palu? Gak ada lah! 

"So jago, emang kamu bisa?", saya yang menyindir Trinari.

"Ayo diam sedikit Trinari, pekerjaan yang saya kerjakan ini menyenangkan apalagi ini untuk kamu", dalam hati berbicara sambil ngeden stadium empat karena paku-paku yang alotnya nempel ditembok beton itu membuat saya frustasi dan ingin memakan semua paku yang masih menempel. Tapi kesekian kalinya ketika saya melihat Trinari tersenyum.

"Jangankan paku, hatimu pun akan kucabut Trinari", semangat baru untuk mencabut paku. 

Disaat itu saya tidak berharap Trinari membayar saya seperti seorang kuli bangunan apalagi kalau Trinari harus jadi cheerleaders untuk menyemangati pekerjaan saya, tanpa banyak basa-basi saya terus meneruskan pekerjaan saya memasang dan mencabut paku untuk memasang gordeng dan gantungan baju Trinari hingga pindahan kamar Trinari selesai.
Entah bagaimana menggambarkan keadaan dimalam itu, yang jelas saya belajar banyak dari malam itu. Malam yang menggambarkan bahwa bahagia itu sederhana, tanpa mencarinya kita bisa membuat sendiri kebahagiaan yang nyata itu. Besyukur sekali saya bisa mendapatkan moment tersebut.






Bersambung...